Fase Dalam Proses Penyembuhan Luka

Admin

Setiap orang tentu pernah merasakan terluka, entah luka kecil, luka serius, dan luka parah. Di dalam tubuh kita ternyata ada suatu mekanisme proses penyembuhan luka saat di bagian tubuh kita ada yang terluka.

Secara garis besar luka terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu luka akut dan luka kronis. Luka akut adalah luka yang masa penyembuhannya sesuai dengan konsep penyembuhan luka.

Sedangkan luka kronis adalah luka yang masa penyembuhannya memanjang, lebih lama dari waktu penyembuhan yang seharusnya. Hal ini dikarenakan gagalnya proses penyembuhan luka.

Proses Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka terbagi menjadi tiga fase utama yaitu.

1. Fase Inflamasi
Fase ini merupakan fase dimana terjadi proses penghentian perdarahan dan persiapan luka untuk bersih dari kotoran, benda asing atau bakteri sebelum terjadi proses penyembuhan. Pada fase ini, pembuluh darah yang rusak atau terkoyak akan mengeluarkan semacam zat yang berfungsi untuk menghentikan perdarahan, disebut platelet.

Platelet akan menyebabkan pembuluh darah menyempit lalu mengeluarkan zat-zat penutup luka. Selanjutnya terjadilah penempelan endotel sehingga pembuluh darah akan tertutup. Proses ini berlangsung cukup singkat, sekitar 5 hingga 10 menit saja. Selanjutnya pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi atau pelebaran.

Pelebaran pembuluh darah kapiler ini terjadi akibat adanya rangsangan saraf sensoris, zat-zat inflamasi, dan local reflect action. Zat-zat inflamasi antara lain Histamin, Serotonin, dan Sitokins. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena yang menyebabkan plasma di dalam darah keluar dari pembuluh darah menuju bagian yang luka, proses inilah yang menyebabkan terjadinya bengkak.

Proses pelebaran vena tersebut juga menyebabkan terjadinya perpindahan sel darah putih keluar dari pembuluh darah ke jaringan yang luka. Bagian darah putih yang disebut neutrofil merupakan bagian yang “memakan” atau “membersihkan” benda asing dan kuman dari daerah yang terluka.

Setelah 3 hari, neutrofil ini akan digantikan oleh sel makrofag yang memiliki fungsi lebih luas. Makrofag berfungsi untuk menyusun kolagen, membentuk granulasi, memproduksi faktor pertumbuhan dan membentuk pembuluh darah baru.

Fase inflamasi ini ditandai dengan kemerahan, hangat pada kulit, bengkak dan rasa nyeri. Normalnya fase ini berlangsung antara 3 hingga 10 hari.

2. Fase Proliferasi
Fase ini merupakan fase dimulainya pertumbuhan dan rekonstruksi jaringan. Zat yang bertanggung jawab pada proses ini adalah fibroblast. Fungsi fibroblast yaitu menyiapkan struktur protein yang akan digunakan untuk pembentukan sel-sel baru.

Fibroblast ini jika tidak ada jaringan yang terluka, akan tersimpan di matriks jaringan penunjang. Namun saat terjadi luka, maka fibroblast akan keluar dari matriks lalu bergerak menuju jaringan yang luka dan mengeluarkan zat-zat yang berfungsi membangun atau membentuk jaringan baru. Zat-zat tersebut antara lain kolagen, fibronectin, hyaluronic acid, elastin, dan proteoglycans.

Di dalam fase ini tidak hanya terjadi pembentukan sel baru namun juga pembentukan pembuluh darah kapiler baru di daerah luka, proses ini disebut angiogenesis. Kegagalan proses pembentukan pembuluh darah baru inilah yang menyebabkan keterlambatan proses penyembuhan luka.

Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan proses tersebut antara lain penyakit diabetes, pengaruh radiasi atau obat-obatan golongan steroid.
Pada fase ini juga terjadi proses epitelisasi yaitu proses pembentukan lapisan kulit. Proses ini dilakukan oleh Fibroblast dengan mengeluarkan zat KGF (Keratinocyte Growth Factors).

Zat inilah yang selanjutnya memicu sel kulit atau sel epidermal untuk melakukan mitosis. Proses proliferasi ini akan berhenti saat lapisan kolagen dan lapisan kulit dermis telah terbentuk pada luka.

3. Fase Maturasi
Fase ini normalnya berlangsung pada minggu ketiga setelah terjadi luka dan dapat berakhir hingga 12 bulan. Fase ini merupakan fase penyempurnaan kulit baru yang terbentuk pada luka. Jadi pada fase ini Fibroblast sudah mulai meninggalkan jaringan yang terluka dan kolagen membentuk serat fibrin yang semakin kuat untuk memperkuat jaringan baru yang terbentuk.

Penyembuhan luka yang optimal terjadi jika kolagen dalam kondisi seimbang. Jika kadar kolagen terlalu tinggi maka akan terbentuk jaringan parut pada luka, sebal;iknya jika kadar kolagen terlalu sedikit maka luka akan sulit menutup dan lama proses penyembuhannya.

Proses penyembuhan luka setiap orang berbeda satu sama lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi biologis, genetik, status nutrisi, kekebalan tubuh, dan kondisi luka.

Tags

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar

Ads - Before Footer